Proyek Light Rail Transit (LRT) Bandung Raya dirancang untuk meningkatkan konektivitas dan mengurangi kemacetan di wilayah Bandung dan sekitarnya. Visi proyek ini adalah mempercepat pertumbuhan dan pemerataan pembangunan berbasis lingkungan serta tata ruang yang berkelanjutan melalui peningkatan konektivitas.
Misi proyek ini mencakup:
- Mengembangkan sistem transportasi massal yang efisien dan ramah lingkungan.
- Mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas di kawasan Bandung Raya.
- Meningkatkan kualitas udara dan lingkungan hidup di wilayah tersebut.
Strategi yang diterapkan untuk mencapai visi dan misi tersebut antara lain:
- Pembangunan Infrastruktur LRT: Merencanakan pembangunan dua koridor prioritas, yaitu rute Tegalluar-Leuwipanjang dan Leuwipanjang-Dago, dengan estimasi biaya sekitar Rp 13 triliun per koridor, termasuk infrastruktur dan sarana pendukung.
- Integrasi dengan Moda Transportasi Lain: Menghubungkan LRT dengan moda transportasi lain, seperti Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di Stasiun Tegalluar, untuk memudahkan perpindahan penumpang dan meningkatkan efisiensi perjalanan.
- Pendanaan dan Kerja Sama Pemerintah-Swasta: Menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) serta melibatkan investor melalui PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) untuk pendanaan proyek.
- Perencanaan Matang dengan Metode Five Case Model: Menerapkan metode perencanaan “Five Case Model” untuk memastikan proyek layak secara strategis, ekonomis, komersial, finansial, dan dapat dikelola dengan baik.
- Pengembangan Transportasi Massal Tambahan: Mengusulkan pembangunan moda transportasi massal lain, seperti Bus Rapid Transit (BRT) dan kereta gantung (cable car), untuk melengkapi jaringan transportasi dan mengatasi kemacetan di Bandung Raya.
Melalui visi, misi, dan strategi tersebut, diharapkan LRT Bandung Raya dapat menjadi solusi efektif dalam meningkatkan konektivitas, mengurangi kemacetan, dan mendorong pembangunan berkelanjutan di wilayah Bandung dan sekitarnya.